Jumat, 21 Oktober 2016

Cara Memerah, Menyimpan, dan Memberikan ASI Perahan (ASIP)

Cara Memerah, Menyimpan, dan Memberikan ASI Perahan (ASIP)

Setelah Ibu paham persiapan apa yang perlu dilakukan sebelum kembali bekerja, langkah selanjutnya adalah paham bagaimana cara memerah ASI, menyimpan, dan memberikannya agar si kecil tetap mendapat ASI yang berkualitas.
A. CARA MEMERAH ASI
Secara dasar, prinsip memerah ASI hampir sama dengan mengeluarkan pasta gigi. Bila kita hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan keluar, jadi harus menekan agak ke belakang. Bila ASI tak keluar banyak, kemungkinan teknik ibu salah. Mungkin cara memerah ASI-nya seperti melakukan massage payudara. Cara ini tak akan mengeluarkan ASI, karena yang ditekan pada pijat  payudara adalah ‘pabrik’ ASI bukan ‘gudang’nya. Ibu tak bisa langsung mengeluarkan ASI dari ‘pabrik’ tapi harus melalui ‘gudang’ dulu. Jadi, bila tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah ASI akan menjadi pekerjaan biasa. Waktu yang dibutuhkan pun sekitar 20- 30 menit saja, tapi susu yang terkumpul bisa mencapai 500 ml.
Namun demikian, ada beberapa aturan yang penting diperhatikan sebelum sebelum Ibu memberikan ASI perah (ASIP) pada si bayi. Pertama, sebelum bayi berusia 4 bulan, sebaiknya ASIP TIDAK diberikan menggunakan dot dulu karena bayi akan mengalami bingung puting. Maksudnya, ia akan susah untuk kembali menyusu dengan benar pada payudara ibu. Kedua, bila Ibu sedang bersama bayi, bayi harus menyusu langsung pada Ibu, jangan memberikan ASIP.  Memerah ASI bukanlah hal yang sulit, bahkan tidak selalu membutuhkan alat khusus atau pompa ASI. Cukup dengan pijitan dua-tiga jari sendiri, ASI bisa keluar lancar. Hal ini memang membutuhkan waktu, yakni masing-masing payudara berkisar 15 menit. ASI ini bisa disimpan lalu diberikan untuk bayi keesokan harinya.
  1. Memerah dengan Jari
Cara memerah ASI dengan jari ini amat sederhana dan tidak perlu biaya. Sebagai langkah awal Ibu perlu memahami bahwa payudara terdiri atas tiga komponen yang prinsipil, yaitu “pabrik” (di daerah berwarna putih), saluran, dan “gudang” (di daerah warna cokelat atau areola) ASI. Ketiganya seperti bejana berhubungan. ASI diproduksi di ‘pabrik’nya yang berbentuk seperti kumpulan buah anggur. Setiap ‘pabrik’ ASI dilalui otot-otot. Bila otot-otot ini mengkerut, ia akan memompa ASI ke salurannya menuju ‘gudang’. Agar pabrik memproduksi ASI lagi, syarat utamanya ASI di ‘gudang’ harus habis lebih dulu. Bila ‘gudang’ kosong, barulah ‘pabrik’ akan mengisinya kembali, begitu seterusnya. Berikut adalah cara memerah ASI dengan jari
  1. Letakkan tangan kita di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Tempatkan ibu jari di atas kalang payudara dan jari telunjuk serta jari tengah di bawah sekitar 2,5 -3,8 cm di belakang puting susu membentuk huruf C. Anggaplah ibu jari berada pada jam 12, dua jari lain berada di posisi pukul jam 6. Ibu jari dan jari telunjuk serta jari tengah saling berhadapan. Jari-jari diletakkan sedemikian rupa sehingga “gudang” ASI berada di bawahnya.
  2. Tekan lembut ke arah dada tanpa memindahkan posisi jari-jari tadi. Payudara yang besar dianjurkan untuk diangkat lebih dulu. Kemudian ditekan ke arah dada.
  3. Buatlah gerakan menggulung dengan arah ibu jari dan jari-jari ke depan untuk memerah ASI keluar dari gudang ASI yang terdapat di bawah kalang payudara di belakang puting susu.
  4. Ulangi gerakan-gerakan tersebut (1,2,3) sampai aliran ASI berkurang. Kemudian pindahkan lokasi ibu jari ke posisi lain (misal arah jam 9 dan jari-jari ke arah jam 3, lakukan kembali gerakan memerah seperti tadi.
  5. Lakukan pada kedua payudara secara bergantian. Begitu tampak ASI memancar dari puting susu, itu berarti gerakan tersebut sudah benar dan berhasil menekan gudang ASI. Letakkan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperah.
Gambar 1. Teknik Memerah ASI dengan Jari (Sumber)
Cara memerah ASI yang tidak mengeluarkan ASI dan tidak dianjurkan
  1. Menekan puting susu – memijat puting dengan 2 jari, dapat menyebabkan lecet
  2. Mengurut – mendorong dari pangkal payudara, dapat menyebabkan kulit nyeri
  3. Menarik puting dan payudara – dapat menyebabkan kerusakan jaringan
Seluruh prosedur persiapan dan pemerahan dengan tangan membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit, meliputi:
  • Massage, stroke, dan shake. Perah kedua payudara selama 5-7 menit tiap payudara.
  • Massage, stroke, dan shake. Perah kedua payudara selama 3-7 menit tiap payudara.
  • Massage, stroke, dan shake. Perah kedua payudara selama 2-3 menit tiap payudara
Catatan: Teknik memerah ASI yang disarankan adalah teknik perah Marmet yang diciptakan oleh Chele Marmet, seorang konsultan laktasi, direktur the Lactation Institute di West Los Angeles, USA yang bisa dilihat disini.
Menggunakan Pompa ASI
Jika menggunakan pompa, alat pompa ASI elektrik adalah cara bantu pemerahan ASI ASI yang paling baik dan efektif. Hanya saja, harganya relatif mahal. Cara lain yang lebih terjangkau bila punya dana lebih, yaitu menggunakan poma dengan mekanisma piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur. Sayangnya, pompa-pompa ASI yang ada di Indonesia jarang sekali berbentuk suntikan, lebih banyak berbentuk corong dan bohlam (squeeze and bulb). Bentuk squeeze dan bulb tak pernah dianjurkan banyak ahli laktasi dan ASI. Bentuk pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian belakang yang bentuknya menyerupai bohlam karena terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/rata.
Gambar 2. Contoh Berbagai Pompa ASI
B. CARA MENYIMPAN
Cara terbaik untuk menyimpan ASIP adalah menggunakan botol dari stainless steel (baja antikarat), namun ini tidak banyak dijual. Pilihan terbaik kedua adalah botol yang terbuat dari gelas (kaca), dan terbaik ketiga botol plastik. Kebanyakan ibu lebih menyukai botol yang terbuat dari plastik demikian juga halnya dengan rumah sakit/klinik bersalin, karena plastik tidak mudah pecah. Untuk pilihan lebih ekonomis, saat ini telah tersedia botol kaca dengan kapasitas 50-200 ml. Apapun jenis botolnya, sebaiknya memiliki tutup yang kencang/rapat.  Botol berwarna-warni sebaiknya tidak digunakan karena zat warnanya bisa masuk ke dalam ASI.
Pilihan terakhir adalah menyimpan ASI perah di dalam plastik yang lembek atau kantong susu, sebab akan banyak zat-zat di dalam ASI yang akan tertinggal (menempel) pada dinding plastik. Menyimpan ASI di dalam kantong susu bisa menimbulkan beberapa masalah. Susu bisa menempel pada sisi kantong sehingga jumlah yang diberikan kepada bayi akan berkurang. Kantong susu juga lebih peka terhadap kontaminasi akibat kebocoran. Beberapa produsen pompa ASI membuat kantong susu yang nyaman untuk digunakan dan terbuat dari plastik yang lebih tebal tetapi harganya mahal. Jika hendak menggunakan kantong, sebaiknya digunakan 2 lapis kantong lalu disimpan di dalam wadah plastik yang tertutup rapat, baru masukkan ke dalam freezer. Hal ini akan membantu mengurangi terjadinya robekan pada kantong. Pada saat menghangatkan, sebaiknya batas atas air tidak melebihi kantong sehingga air tidak masuk ke dalam kantong. Jika air yang digunakan untuk menghangatkan tampak berawan/keruh, berarti telah terjadi kebocoran dan ASI tersebut harus dibuang.
Berilah label pada setiap kemasan ASI yang mencantumkan tanggal pemerahan ASI dan gunakan terlebih dahulu stok yang terlama. Jika bayi Ibu dirawat di RS, pastikan bahwa pada label juga tertera nama anda/bayi Ibu dengan jelas, sehingga ASI tidak tertukar.
Untuk bayi kurang dari 6 minggu, sebaiknya ASI disimpan dalam botol sebanyak 30 – 60 ml, sehingga waktu yang diperlukan untuk menghangatkan tidak terlalu lama dan ASI tidak banyak terbuang. Untuk bayi yang lebih besar, jumlah ASI yang disimpan perbotolnya bisa disesuaikan dengan jumlah susu yang biasanya diminum. Tetapi akan lebih baik jika tetap menyimpan ASI dalam jumlah yang lebih kecil, kalau sewaktu-waktu bayi anda menginginkan susu lebih atau untuk selingan.
Hingga saat ini belum banyak penelitian mengenai ASI yang telah disimpan, dihangatkan dan baru sebagian diminum oleh bayi. Akan lebih aman untuk memberikan ASI yang sebelumnya telah disimpan dalam waktu 1-2 jam setelah dihangatkan. Dan jika ASI masih tersisa, sebaiknya dibuang dan tidak disimpan lagi.
Setelah diperah, ASI harus di simpan dengan baik agar dapat bertahan lama. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel petunjuk penyimpanan ASI di bawah. Perlu diperhatikan, umumnya para dokter tidak menyarankan penyimpanan ASI di freezer. Sebab ASI yang telah disimpan di freezer akan mengalami perubahan dalam hal jumlah imunoglobulin, yaitu protein molekul yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh, karena ada yang mati akibat kedinginan. Lebih dianjurkan untuk memasukkan ASI ke dalam termos dan lemari es. ASIP yang dimasukkan ke termos dan lemari es tak mengalami perubahan komposisi gizi sama sekali. Hanya mungkin warna dan bentuknya saja yang berubah.
Tabel Petunjuk Penyimpanan ASI
Tempat penyimpanan Suhu Lama Penyimpanan
Dalam ruangan (ASIP segar) 190 – 260 C 6 – 8 jam di ruangan ber AC atau 4 jam di ruangan tanpa AC
Dalam ruangan (ASIP beku yang telah dicairkan) 190 – 260 C 4 jam
Kulkas (ASIP segar) < 40 C 2 – 3 hari
Kulkas (ASIP beku yang telah dicairkan) < 40 C 24 jam
Freezer (lemari es 1 pintu 00 sampai -180 2 minggu
Freezer (lemari es 2 pintu) -180 sampai -200C 3 – 4 bulan
Deep Freezer Suhu stabil di -200C atau kurang 6 – 12 bulan
Gambar 3. ASIP yang disimpan di kulkas (courtesy to my dear friend, Evri Retno Utari)
Ringkasan:
  • Taruh ASI dalam kantung plastik food grade, botol kaca, atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
  • Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
  • Dinginkan dalam kulkas. Simpan sampai batas waktu yang diijinkan.
  • Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan), gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan.
C. CARA PEMBERIAN
Selanjutnya, ketika ingin memberikan ASIP pada si kecil, kita harus menghangatkannya dulu. Namun jangan dipanaskan di atas api atau microwave/oven karena panas tinggi mengakibatkan beberapa enzim penyerapan mati. Mula-mula letakkan botol ASI ke dalam air dingin, kemudian secara perlahan-lahan beri air hangat sampai ASI mencair (suhu airnya sama dengan suhu air yang biasa kita gunakan untuk mandi atau suhu tubuh). Jika ingin mencairkan ASIP beku, letakkan botol ASIP beku ke dalam kulkas semalam sebelumnya, esoknya baru dicairkan dan dihangatkan. Jangan membekukan kembali ASI yang sudah dipindah ke kulkas. Lama penghangatan tergantung suhu ASI, tapi prinsipnya buatlah suhu ASI seperti suhu tubuh karena akan menyerupai ASI yang dikeluarkan langsung. Setelah dihangatkan bisa langsung diberikan pada bayi.
Cara pemberiannya JANGAN menggunakan  botol susu dan dot, melainkan disuapi pakai sendok atau cangkir. Kalau si kecil langsung menyusu dari botol, lama-lama ia jadi “bingung puting”. Jadi, ia hanya menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola ibu masuk ke mulut bayi. Jadi, kalau si kecil sudah “bingung puting”, tak heran bila ia gagal mengeluarkan ASI di “gudang”nya. Salah satu tanda bayi mengalami bingung puting adalah bayi menolak menyusu langsung dari Ibu. Selain itu bila menyusu mulutnya mencucu seperti minum dari dot, dan ketika menyusu bayi sebentar-bentar melepas hisapannya. Hasilnya, payudara Ibu lecet. Akhirnya, si kecil jadi enggan menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar. (Cttn: Beberapa buku dan situs menyusui mem’boleh’kan pemberian ASIP dengan botol. Untuk mnghindari bingung puting perlu diperhatikan rambu-rambunya yang dapat dilihat disini)
Ibu tidak perlu merasa cemas bayi kekurangan ASI berapapun jumlah ASI perah yang dikeluarkan. Memang, pada awalnya bayi akan gelisah dengan jumlah yang mungkin lebih sedikit dari biasanya, tapi bayi akan cepat beradaptasi. Pada hari keempat, bayi akan terbiasa. Ia akan meminum seberapapun ASI yang tersedia. Kalau ditinggali 500 ml, akan diminum; begitu juga dengan 300 ml, bahkan 200 ml. Namun ketika ibunya datang, ia akan minum habis-habisan. Jadi, bayi tidak akan akan kekurangan ASI.
Ringkasan:
  1. Ambil ASI berdasarkan waktu pemerahan (yang pertama diperah yang diberikan lebih dahulu) atau yang paling segar (baik metode First In First Out/FIFO maupun Last In First Out/LIFO, perhatikan masa kadaluarsa)
  2. Jika ASI beku, cairkan di bawah air hangat mengalir. Untuk menghangatkan, tuang ASI dalam wadah, tempatkan di atas wadah lain berisi air hangat.
  3. Kocok dulu sebelum mengetes suhu ASI. Lalu tes dengan cara meneteskan ASI di punggung tangan. Jika terlalu panas, angin-anginkan agar panas turun.
  4. Jangan gunakan microwave atau oven untuk menghangatkan karena akan menghancurkan nutrisi dan bahan-bahan kekebalan yang terkandung dalam ASI.
  5. Bagaimana dengan ASIP beku yg telah dicairkan ? (lihat tabel)
    • bisa bertahan di suhu ruang maksimal 4 jam,
    • jika belum dihangatkan, bisa dikembalikan ke lemari es dan bertahan 24 jam,
    • jangan dibekukan kembali
  6. Bagaimana dengan ASIP yg sudah direndam air hangat tapi belum diminum?
    • bisa dikembalikan ke lemari es, tetapi hanya bertahan 4 jam
    • jangan dibekukan kembali
  7. Bagaimana dengan yang sudah diminum bayi (terkena mulut bayi)? Dibuang saja
Tips Pemberian lewat Cangkir (cup)
  • Sediakan cangkir kecil (khususnya kaca), atau khusus cup feeder bayi.
  • Setelah ASIP dicairkan, tuang ke cangkir dan minumkan ke bayi. Jangan khawatir tumpah-tumpah, untuk menampung tumpahannya sediakan dengan mangkuk kecil di bawah lehernya, untuk diminumkan lagi berulang-ulang sampai habis.
  • Cara memberikan ASIP adalah dengan memiringkan gelas sampai bibir bayi menyentuh permukaan ASI. Bayi akan mengecap-ngecap dan menghisap, setelah itu baru dinaikkan sedikit-sedikit agar bayi bisa terus meminum ASInya. Jangan menuangkan isi gelas ke dalam mulut bayi, tindakan ini akan membuat bayi tersedak karena tidak siap.
  • Latihan memberikan ASIP ini perlu kesabaran, paling tidak latihan dmulai seminggu sebelum masuk kerja. Sebaiknya pengasuhnya nanti yang belajar memberikan, sehingga bayi terbiasa. Bayi bisa mengenali aroma tubuh Ibu sehingga jika Ibu yang memberikan ia suka menolak (tentu saja dia memilih menyusu langsung)
  • Keluhan yang lazim muncul adalah kemungkinan bayi menolak ASIP yang diberikan melalui sendok atau cangkir. Hal ini wajar terjadi pada hari-hari pertama pemberian ASIP. Buah hati Ibu  bisa cemas dan gelisah. Namun, janganlah khawatir, 3 atau 4 hari setelahnya bayi akan terbiasa. Itu sebabnya, sebelum masa cuti berakhir bayi perlu dilatih disuapi susu dengan sendok atau cangkir. Jadi, dengan sedikit belajar dan ketelatenan Ibu tidak perlu khawatir lagi kembali bekerja.
  • Video pemberian ASIP melalui cangkir dapat dilihat disini
Perlu juga Ibu ingat, kesuksesan pemberian ASIP selama Ibu bekerja juga ditentukan oleh kerjasama dengan pengasuh. Hal ini tidaklah mudah apalagi yang ibu percayai merawatnya adalah orangtua sendiri atau mertua. Untuk mempermudah kerjasama ini, langkah pertama harus ada pemahaman yang sama mengenai pemberian dan manfaat ASI eksklusif. Hal ini bisa jadi sedikit menyulitkan jika pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu atau makanan padat. Ibu bisa pelan-pelan menjelaskan pada ibu atau ibu mertua tentang pentingnya ASI eksklusif, resiko pemberian sufor dan suplemen khususnya pada 6 bulan pertama, dan lain-lain. Semakin dini edukasi diberikan semakin baik (misal sejak Ibu positif hamil). Kerjasama yang baik antara orangtua dengan pengasuh di rumah (siapapun dia) juga menentukan keberhasilan menyusui secara eksklusif.
 Gambar 4. Cara pemberian ASIP dengan cup feeder

Tidak ada komentar:

Posting Komentar